Tuesday 4 November 2014

Nagan Raya, Aceh Barat Banjir dan Mulai di Serang Penyakit

BANJIR setinggi dada pria dewasa menggenangi pemukiman warga di kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya. Keuchik Gampong Tanjong Bungong Aceh Barat, Agussalim, mengatakan banjir di daerahnya rata-rata setinggi satu meter. Keadaan ini  terjadi sejak Minggu kemarin sehingga menyebabkan masyarakat terkurung tidak bisa berbelanja ke Meulaboh. “Kami tidak bisa kemana-mana di sini, banjir terus ini,” katanya. Menurut Agussalim, banjir terjadi akibat meluapnya air sungai Krueng Meureubo Aceh Barat sehingga menggenangi pemukiman masyarakat Kaway XVI dan Woyla. Selain di Meulaboh, banjir juga menggenangi pemukiman masyarakat Kecamatan Tadu Raya, Tripa
Makmue, Darul Makmur dan Kuala Pesisir di Nagan Raya. Tokoh Tripa Makmue, Saifullah,SP mengatakan tingginya banjir di Kecamatan Tripa Makmue rata-rata 80 sentimeter hingga 1,5 meter sehingga masyarakat terkurung dikawasan itu. “Parahnya lagi di Tadu Raya terutama di Gampong Alue Siron, masyarakat disana sudah empat hari terkurung,” ujarnya. Menurutnya, hingga kini belum ada bantuan dan sentuhan pemerintah setempat seperti penyelamatan dari BPBD Nagan Raya, pengobatan dan makanan dan lainnya. Sementara aktivitas pendidikan di daerah banjir terpaksa diliburkan. Sedangkan Korban banjir di Nagan Raya yang kini tinggal di posko pengungsian diserang penyakit kulit, pilek dan batuk , umumnya mereka mengeluh gatal-gatal. Selasa (4/11)
Kepala posko, Dr Darniyati yang mengabdi di puskemas Padang Payang Kecamatan Kuala Pesisir mengatakan, sejak dibukanya pengobatan gratis di posko pengungsian, lebih kurang 30 masyarakat mengalami penyakit kulit, pilek dan batuk.“
Kata dia, kondisi lemah bisa menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit, apa lagi dilingkungan banjir .
“Ini penyebab cuaca buruk dan kodisi diri warga lemah sehingga dengan mudah terserang penyakit,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, mayoritas warga mengalami sakit gatal-gatal akibat iritasi kulit  sehingga, obat yang banyak dibutuhkan berupa  salep kulit.
“Mayoritas warga mengeluh sakit gatal-gatal, sehingga persediaan obat salep kulit yang kita punya pun menipis,” jelasnya.
*